Pagi itu teringat jelas,
kala embun subuh masih menyelimuti.
Engkau berpeci mengayuh sepeda,
melenggang menembus kabut
menuju madrasah, tempatmu mengabdikan diri.
Senin tepatnya, hari itu tiba,
Indonesia Raya berkumandang iringi bendera.
Begitu engkau menyuarakan nasionalisme,
melayangkan cinta negeri,
di usia kami yang masih dini.
Sampai tiba tanggal tuamu,
masih terhias senyum di wajahmu
melihat nilai yang mempesona dari siswa-siswamu,
hingga terlupa dahaga sejahtera sedari dulu.
Kini, tiba giliran kami melewati masamu,
mendendangkan pena sebagaimana ajarmu.
Namun, keadaan ini tak seindah masa itu.
Dahaga sejahtera kian menyiksa,
memaksa kami berunjuk rasa,
melupakan tugas kami sementara, guna menjemput asa.
Asa yang serasa pemanis bibir belaka.
Maafkan kami, yang tak seikhlas dirimu,
Maafkan kami, yang tak sesabar dirimu.
Posting Komentar